Minggu, 06 November 2011

Lahirnya Perguruan Tapak Suci


SEJARAH KEILMUAN, KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN
PERGURUAN SENI BELA DIRI
TAPAK SUCI PUTERA MUAHHADIYAH


Diriwayatkan Oleh : Pendiri Perguruan Tapak Suci
H.M. Barie Irsjad, PBr                     Muhammad Rustam Djundab, PBr


            Tahun 1925, diriwayatkan dari 2 orang kakak beradik A. Dimyati dan M. Wahib berguru kepada K.H. Busro di Binorong Banjarnegara. Bahwa K.H. Busro lebih menguasai ilmu kebatinan dari pada ilmu Kontho itu sendiri, sedang adiknya H. Burhan yang ilmu Konthonya lebih baik.
            Menurut riwayat A. Dimyati dan M. Wahib belajar selama lima hari untuk menguasai 15 jurus, 5 Kembangan. Selanjutnya pulang ke Yogyakarta, yang kemudian diikuti oleh K.H. Busro dan H. Burhan. Dalam kesempatan inilah masyarakat dilingkungannya menyebut mereka sebagai Pendekar Pencak. Pendekar A. Dimyati sifatnya pendiam dan tertutup, sedang M Wahib sifatnya pemberani, terbuka dan kesatria. Karena sifat yang berbeda ini sering kali kedua kakak beradik ini bertengkar.
            Pendekar K.H. Busro, menunjuk Pendekar A. Dimyati untuk berkelana kebarat sebagaimana yang pernah dijalani oleh Pendekar K.H. Busro. Sesuai dengan tradisi yang berlaku bahwa Pendekar A. Dimyati yang sudah mengangkat guru kepada K.H. Busro tidak boleh berguru kepada pencak lainnya, untuk itu dalam berkelana ini yang dilakukan adalah “adu kaweruh” (adu ilmu). Diriwayatkan bahwa Pendekar A. Dimyati berhasil menguasai ilmu Cikalong, Cimande, Cibarosa dalam hal ini adalah Debus.
           
            Meskipun tidak berguru,akan tetapi dalam Silsilah Cikalong, Cimande nama A. Dimyati tertulis dalam Angkatan Tujuh.

            Adapun Pendekar M Wahib ditunjuk untuk berkelana ketimur sampai ke Madura. Karena sifat yang keras dari Pendekar M. Wahib. Maka “adu kaweruh” diartikan dengan berkelahi, dimana ada pendekar didatangi untuk ditantang berkelahi. Pendekar M. Wahib bercerita : “Kemana-mana saya naik turun panggung untuk tarung pencak untuk mendapatkan uang, kalau diperlukan saya memakai senjata handuk dan sepotong besi sejengkal berlafalkan ”Alif”. Setelah pengenbaraan mereka sekitar 5 tahun, pulang ke Yogyakarta. Kebiasaan mencari musuh berkelahi, Pendekar M. Wahib diarahkan kepada anak-anak Belanda yang kemudian juga Kompeni Belanda. Kesatriaannya ini positif akan tetapi juga membuat repot kampung, apalagi setelah sebagai buronan Belanda.
            Pada tahun 1935 M. Wahib bertempat dilingkungan kauman Tengah membuka latihan pencak, diriwayatkan puluhan murid ikut berlatih. Pada saat inilah Pendekar M. Wahib menyatakan Pencak Cikauman adalah satu-satunya yang ada di Kauman.
           
            Dalam hal ini sebagaimana Cikalong, Cimande dan Cibarosa menunjuk nama satu tempat.

            Dalam angkatan pertama ini ada seorang pemuda bernama M. Syamsudin yang berguru dengan cara ngenger (ikut guru kemana-mana), sebagai cantrik (orang yang menawarkan) dirumah Pendekar M. Wahib. Dalam angkatan ini M. Syamsudin yang dinyatakan selesai dan dibai’at serta diperbolehkan menerima murid.
            Tahun 1938, dijamannya Pendekar M. Syamsudin ini datanglah seorang Cina perantauan yaitu YAP KIE SAN ke Kauman. Menurut riwayat yang diceritakan oleh Pendekar M. Wahib bahwa dalam tarung yang pertama M. Wahib terkena pukulan sssjari di dada kiri. Yap Kie San berdiam di rumah Pendekar M. Wahib cukup lama, pada akhirnya terjadi pertarungan besar yang kedua, sampai-sampai bangunan tempat bertarung roboh.
           
            Pengaruh dari Yap Kie San dalam Aliran CIKAUMAN adalah, Salam Pembukaan, Kuda-kuda dan Sikap Pasang yang ada pada Pendekar M. Wahib.

            Kauman adalah daerah muslim, Yap Kie San tidak terbuka untuk menjadi Islam, maka selanjutnya melarikan diri (pergi tanpa pamit) ke daerah sebelah utara Kauman, Pathok. Disini Yap Kie San kawin dengan pribumi, adiknya Broto belajar ilmu kepada Yap Kie San, selanjutnya mendirikan Perguruan BIMA, Dirdjo mendirikan Perguruan Perisai Diri. Wasiat Yap Kie San kepada Brotho untuk mengalahkan perguruan yang ada di Kauman.
           
            (Kesemuannya ini diceritakan Broto kepada Pendiri Tapak Suci tahun 1968).
           
            Ada satu literature pencak silat yang menyatakan bahwa perkembangan pencak silat di Indonesia sangat dipengaruhi dua hal :
1.      Geografis
Dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Masing-masing berkembang berbeda-beda, terutama dalam hal kuda-kuda.
2.      Kultural
Dalam hal ini ada dua jalur besar, aliran bangsawan dan aliran rakyat.
adapun yang sangat membedakan antara dua aliran ini adalah :
  1. Aliran Bangsawan
a.       Tertutup tidak mudah berasimilasi, bertahan kepada kemurniaanya.
b.      Daya gunanya pada Pencak Silat Seni
c.       Disiplin
  1. Aliran Rakyat
a.       Terbuka mudah berasimilasi, tidak murni
b.      Daya gunanya pada Pencak Silat sendiri
c.       Tidak disiplin
            Dua definisi tersebut kalau dilihat dari aliran CIKAUMAN, kurang cocok    sepenuhnya, karena sifat CIKAUMAN adalah :
  1. Tertutup akan tetapi mudah berasimilasi
  2. Tidak disiplin tetapi patriotic
  3. Daya gunanya sama kuat antara seni dan bela diri
           
            Hal ini dapat dimaklumi karena dalam masa-masa berkembang Aliran Rakyat yang ada di Kauman selalu berdampingan dengan Aliran Bangsawan yang ada di Kraton Yogyakarta, Kampung Kauman adalah lingkungan Kraton Yogyakarta.
            Diriwayatkan bahwa Pendekar M. Syamsudin setelah dibai’at membuka dan menerima murid di Kauman Utara (SERANOMAN). Dari sekian banyak murid, yang dinyatakan selesai dan dibai’at adalah M. Zahid. Menurut riwayat M. Zahid adalah anak murid SERANOMAN  yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, pergaulannya luas, perkembangan Pencak Kauman berkembang pesat. Keilmuan Pencak dikemas dan disajikan methodis kemudian berhasil mengembangkan dari lima menjadi 8 Kembangan.
            Tahun 1942 adalah awal dari M. Barie Irsjad belajar Pencak kepada Pendekar M. Zahid, tidak sebagaimana biasanya setelah selesai dibai’at, tetapi diserahkan kepada Pendekar M. Syamsuddin, demikian juga setelah selesai diserahkan kepada pendekar M. Wahib. Baru pada tahun 1948, M. Barie Irsjad dinyatakan selesai dan dibai’at.
            Waktu dibai’at Pendekar M. Barie Irsjad berhasil mempertanggungjawabkan 11 kembangan. Sebelum menggunakan haknya untuk menerima murid, diarahkan oleh Pendekar M. Wahib untuk ”adu kaweruh” ke guru-guru pencak yang ditunjuk oleh Pendekar M. Wahib, dari yang ditujuk banyak aliran hitam.  
            Pada waktu itu pengertian yang ada menyatakan bahwa  pencak adalah seni bela diri tangan kosong, sedang silat adalah seni bela diri bersenjata. Sedangkan CIKAUMAN mengkhususkan diri pada tangan kosong. Untuk itu M. Barie Irsjad diarahkan untuk “adu kaweruh” dengan Pendekar Abdul Rahman Baliyo yang menguasai beraneka macam senjata, alirannya berasal dari Cina. Disinilah M. Barie Irsjad mendapat pengertian bahwa “seseorang dapat melawan senjata kalau dapat main senjata”. Pada saat ini untuk bela diri Kauman sudah bukan Kontho atau Pencak.   
            Tepat pada waktu tahun 1949 datang ke Kauman seorang Perwira AL Jepang, bernama Omar Makino. Meskipun tujuan yang utama adalah bertemu kyai-kyai dalam rangka belajar agama Islam, akan tetapi sempat juga menurunkan kemampuannya yaitu permainan senjata pedang (samurai) kepada pemuda – pemuda termasuk M. Barie Irsjad. Di Indonesia kemudian Omar Makino dikenal sebagai Bapak Judo.
           


KELAHIRAN DAN PERKEMBANGAN
TAPAK SUCI


            Dalam meriwayatkan kelahiran TAPAK SUCI, keberadaan Kampung Kauman yang penduduknya terbagi menjadi 4 Blok, yaitu Blok Lor (Utara), Blok Wetan (Timur), Blok Tengah, Blok Kidul (Selatan), sebetulnya sebagian administrasi dalam satu Rukun Kampung (sekarang adalah Rw), akan tetapi itu sangat berpengaruh terhadap Paguruan Pencak Silat yang ada di Kauman, terutama terhadap murid-muridnya.
            Diriwatkan pada tahun 1957 Pimpinan Pemuda Muhammadiyah wilayah DIY yang personilnya berdomisili di Kauman, sangat prihatin melihat keadaan Kampung Kauman ada Paguruan Pencak Silat CIKAUMAN (Kauman tengah), Paguruan Pencak Silat SIRANOMAN (Kauman Utara) Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam (Kauman Timur). Pada waktu itu Pimpinan Pemuda Wilayah DIY mengadakan kegiatan ke daerah-daerah termasuk Ranting Kauman, sebelum pengajian dilaksanakan pertandingan olahraga yaitu pagelaran atau pertandingan Pencak Silat. Maksud dari pertandingan itu adalah agar ada persatuan diantara pesilat-pesilat Kauman. Karena usaha itupun tak berhasil, maka pada tahun 1958 Pemuda Muhammadiyah yanga berdomisili di Kauman Selatan dengan niat agar ada persaudaraan sesama Pesilat Kauman, mendirikan Perguruan Pencak Silat Kauman Serba Guna (KASEGU).
            Dengan mencantumkan nama Kauman, banyak protes dari orang – orang blok lain. Untuk itu maka nama Perguruan dilengkapi ” KASEGU BADAI SELATAN”. Diawal berdirinya Perguruan KASEGU sempat bentrok dengan Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam. Perguruan KASEGU dengan niat amar ma’ruf nahi mungkar,. Namun Perguruan Pencak Silat Aliran Hitam tidak terima, sehingga terjadi pertarungan Pencak Silat Ragawi melawan Pencak Silat Kanarugan. Dengan taruhan siapa yang kalah keluar dari kampung Kauman. Disinilah murid KASEGU yakin bahwa yang hak tidak akan kalah dengan yang bathil.
            Meskipun Pencak Silat CIKAUMAN, SIRANOMAN dan KASEGU adalah satu sumber Aliran Banjaran. Disamping Guru KASEGU adalah murid   CIKAUMAN dan SIRANOMAN, akan tetapi karena penampilan keilmuan pencak silatnya berbeda, maka tidak ada kecocokan. Untuk itu pada waktu murid-murid KASEGU berguru ke Perguruan CIKAUMAN tidak akan diterima.
            Dengan kenyataan ini, maka Perguruan KASEGU tidak berhasil sebagai perantara bersatu para Pesilat di Kampung Kauman, justru antar kubu saling bersaing. Untuk itu murid Perguruan KASEGU sebanyak 6 orang, 4 diantaranya yaitu Irfan Hadjam, Djakfal Kusuma, M. Rustam, Sobri Achmad dapat dikatakan besar diluar sarang, karena banyak bergaul dengan bela diri luar dan mempunyai wawasan ke depan, menyampaikan pendapat kepada Pendekar M. Barie Irsjad untuk mendirikan perguruan yang tidak berorientasi di kampung, diorganisir dengan Ad & ART, materi yang tersusun, latihan yang teratur dan memakai seragam.
           
            (Perguruan Pencak Silat KASEGU Badai Selatan adalah embrio dan pemrakarsa lahirnya TAPAK SUCI).
           
            Desember 1962 Perguruan KASEGU melakukan silaturahmi kepada CIKAUMAN dan SIRANOMAN untuk menyampaikan rencana mendirikan perguruan. Kedua perguruan tersebut menyatakan bersedia untuk menilai ilmu yang diajarkan, sedang keinginan Perguruan KASEGU adalah ”adu kaweruh” (wawasan) tanpa harus kontak, karena kuatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginankan. Pertemuan keilmuan dilaksanakan setiap malam Jum’at bertempat dipesantren ’Aisyiah Kauman selama 6 bulan, karena berjalan tidak mulus. Dalam pertemuan keilmuan ini, KASEGU diwakili oleh M. Barie Irsjad (Guru), M. Rustam (murid) untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, dalam penampilan dan pembuktian keilmuan Pencak Silat dilakukan antara Guru dan Murid KASEGU.
            Pada satu pembuktian jurus Naga, murid mengawali serangan pengkalan Kuda Liar kearah lambung kanan dengan telak, guru dangan kecepatan tinggi melontarkan Tandukan Naga Jantan ke mata bersamaan dengan Naga Terbang ke paha. Hasilnya mata kiri luka berdarah, paha kanan retak. Seorang murid CIKAUMAN dengan marah meloncat ke arena menantang Guru KASEGU.
            Setelah terjadi pertarungan yang menegangkan, pada puncaknya secara bersamaan Guru KASEGU melontarkan Naga Terbang ke sasaran jidat, murid CIKAUMAN melontar pukulan cangkol ke arah perut. Bersama – sama berhenti, Pendekar M. Wahib mengatakan ”kalau diteruskan kepalamu pecah, perutnya Barie mulas”.
           
            Sudah takdir Illahi TAPAK SUCI lahir.

            Pada waktu M. Barie Irsjad menampilkan Jurus Harimau, Pendekar M. Wahib sangat mengagumi dan mengatakan ”mengapa saya dahulu tidak berpikir bahwa kaki lebih kuat dan lebih panjang daripada tangan,pembuktian cukup ”saya merestui TAPAK SUCI didirikan dan diajarkan Pencak Silat Aliran KASEGU”. Pendekar A. Dimyati memberi pesan dan petunjuk yaitu ”kalau bertemu dengan aliran pencak silat apapun, nilailah kekuatannya”.
            Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi sikap ini adalah sangat kontradiksi dengan sifat pendekar pada umumnya yang tidak ingin melihat kelebihan orang dan selalu mengatakan yang terbaik dan terkuat. Sikap mental Pendekar A. Dimyati untuk selanjutnya menjadi dasar sikap mental Pendekar-pendekar TAPAK SUCI.  
            Pada kenyataannya pendiri TAPAK SUCI masih diuji, pengurus Rukun Kampung (Rw) Kauman tidak mengijinkan Perguruan TAPAK SUCI berdiri dan mengadakan kegiatan di kampung Kauman. Karena penilaian pendirinya tidak sederajat (dalam sejarah TAPAK SUCI dahulu disebut tidak berdarah biru), penilaian ini sebetulnya didorong oleh seorang murid CIKAUMAN secara pribadi.   Akan tetapi oleh pendirinya dihadapan penguasa kampung dinyatakan bahwa TAPAK SUCI bukan milik dan gerakan Kampung Kauman, bahkan ketika itu dikatakan TAPAK SUCI adalah gerakan dunia.
            Pada malam Jum’at, tanggal 10 Rabi’ul awwal 1383 H/31 juli 1963 M, sekitar pukul 21.00 bertempat di Pesantren ’Aisyiah Kauman DIY, di Deklarasikan PERSATUAN PENCAK SILAT TAPAK SUCI. Pada waktu deklarasi di gariskan :
1.      TAPAK SUCI berjiwa ajaran KH. A. Dahlan
2.      keilmuan TAPAK SUCI Methodis Dinamis
3.      keilmuan TAPAK SUCI bersih dari syirik dan menyesatkan
           
            Memang satu kenyataan sejarah, pendiri Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI adalah Guru dan Murid Perguruan KASEGU Badai Selatan.
           
            Sebutan Persatuan Pencak Silat dipakai untuk menunjukkan bahwa TAPAK SUCI menyatukan perguruan, perguruan yang ada di Kauman meskipun dalam kenyataannya, CIKAUMAN dan SIRANOMAN tidak menyatu atau membubarkan diri akan tetapi mendirikan aktifitas, terus tidak menerima murid lagi dan menyerahkan murid yang belum dibai’at kepada TAPAK SICI yaitu Ahmad Djakfar, M. Slamet dan M. Dalhar dari Perguruan CIKAUMAN, M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto dari Perguruan SIRANOMAN.
            Pada waktu TAPAK SUCI diresmikan berdiri ditetapkan ketingkatan M. Barie Irsjad menjadi Pelatih Kepala (Kader Biru 3), 7 Asisten Pelatih (Kuning 4 /  Siswa Melati 4) yaitu M. Rustam Djundab, Sobri Achmad, Achmad Djakfar, M. Slamet, M. Dalhar, M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
           
            Pada bulan Ramadhan 1383 Hijriyah / januari 1964 Masehi, tepat pada waktu Sholat Maghrib di Masjid Besar Kauman Yogyakarta, Pendekar M. Wahib meninggal dunia.
                       
            Dengan meninggalnya M. Wahib tersebut, marak sekali perongrongan (penggangu / perusak) secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi terhadap TAPAK SUCI, sampai-sampai dalam riwayat dituliskan bahwa pengurus Rukun Kampung Kaumaan pernah membubakarkan Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI tepat pada MILAD ke-I  tanggal 31 juli 1964 M tepat setahun setelah TAPAK SUCI lahir, dengan alasan TAPAK SUCI membawa kekejaman Jahilliah Kampung Kauman setelah terjadi perkelahian massal antara Keluarga I dengan Keluarga II.
            Dihadapan MUSPIDA, seorang fungsionaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah yaitu H. Djarnawi Hadikusuma menyatakan bahwa TAPAK SUCI adalah gerakan Muhammadiyah. Pembubaran oleh Pengurus Rukun Kampung Kauman tersebut diabaikan saja dan TAPAK SUCI berjalan terus sampai sekarang. Dengan kejadian ini, maka Keluarga I dengan Keluarga II dibubarkan.
            Pada tahun 1964 M ibaratnya TAPAK SUCI lahir kembali(tanpa Guru dan murid), hanya tinggal 3 Pelatih Muda yaitu M. Rustam, Drs. Irfan Hajam(kembali dari Surabaya), M. Zundar Wisman. Sedangkan Guru M. Barie Irsjad atas kehendak pengurus Rukun Kampung Kauman di non aktifkan namun tetap diabaikan oleh murid-murid TAPAK SUCI.          
            Akan tetapi justru tahun 1964 inilah TAPAK SUCI mulai bangkit dan berkembang. 3 orang Pelatih Muda membuka pendaftaran anggota untuk umum, sangat mengejutkan yang mengikuti seleksi kurang lebih sebanyak 300 orang. Adapun yang diterima sekitar 75 orang, semata-mata karena pertimbangan tenaga pelatih.
            Dengan niat yang tetap dan sungguh-sungguh, kenyataan lapangan dijadikan pertimbangan untuk menentukan garis – garis  kebijakan,yaitu : 
  1. Meningkatkan akhlaq kepemimpinan
  2. Materi latihan dirumuskan kembali
  3. Sebutan menjadi “TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah”        
  4. Logo TAPAK SUCI dimasukan kedalam sinar matahari
  5. Dibentuk KOSEGU (Komando Serba Guna) TAPAK SUCI
  6. Lahir motto  “Dengan Iman dan Akhlaq Saya Menjadi kuat, Tampa Iman dan Akhlaq Saya Menjadi Lemah”.
           
            Keilmuan Pencak Silat TAPAK  SUCI yang digunakan untuk materi pendidikan dan latihan yang pertama adalah merupakan ilmu bela diri murni atau bela diri sebagai ilmu berkelahi. Tetap pada jalur pengertian jurus dan kembangan akan tetapi dengan istilah berbeda yang disebut ”Delapan Jurus Maut”.
Materi pendidikan dan latihan ini disusun atas dasar kebutuhan ilmu berkelahi pada saat itu, dimana umat Islam selalu dipojokkan dimana-mana. Sehingga, orang masuk Perguruan Pecak Silat adalah dengan tujuan membuat kelompok untuk konsentrasi kekuatan.
            Bertepatan dengan jamannya, karena kebutuhan umat Islam membuat kelompok untuk menghadapi Gerakan PKI. Maka berdiri juga Perguruan Pencak Silat di kampung-kampung lain. Benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkas di Kampung Suronatan, Eka Sejati di Kampung Karangkajen.
            Kesemuanya menamakan diri sebagai Gerakan Pemuda Muhammadiyah, TAPAK SUCI menamakan diri sebagai Putera Muhammadiyah. Berdasakan pada kenyataan TAPAK SUCI didirikan oleh putera Muhammadiyah dan tidak ada hubungan dengan organisasi Muhammadiyah atau Pemuda Muhammadiyah. Dengan keberanian TAPAK SUCI memakai nama TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dan memasukan lambang TAPAK SUCI dalam sinar matahari. Kemudian mendapat kecaman dari berbagai pihak dilingkungan Muhammadiyah terutama dari angkatan mudanya. Kecaman tersebut memang wajar, disebabkan nama TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah bukan karena status ataupun hubungan organisasi dengan Muhammadiyah, semata-mata karena karena kehendak pendrinya mencita-citakan TAPAK SUCI menjadi salah satu Gerakan Persyarikatan Muhammadiyah.
            Dalam modern ini, sudah bukan jamannya orang belajar pencak silat untuk mempertahankan hidup dari bahaya. Untuk itu TAPAK SUCI memantapkan diri sebagai gerakan olahraga dan seni. Pencak silat TAPAK SUCI ditampilkan melalui 4 aspek yaitu :
-    mental spiritual
-          olahraga
-          seni
-    beladiri.
            Dalam Kejuaraan Nasional I tahun 1967 di Jember, Pertandingan Pencak Silat
TAPAK SUCI dilaksanakan dengan pertarungan bebas (perkelahian bebas). Pencak Silat Seni dilombakan sebagai Kerapihan teknik Pemainan.
            Adapun Ilmu Pengebalan tubuh ataupun anggota tubuh alat penyasar mulai ditinggalkan, karena anjuran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar ilmu tersebut dihilangkan. Kalau itu memang ilmu yang hak (harus ada), akan tetapi itu sesuatu yang dapat menimbulkan kesombongan di dunia.        
            Merupakan daya tersendiri ketika itu adanya cita-cita Perguruan TAPAK SUCI untuk mempersatukan Keilmuan Penak Silat dari semua aliran, banyak perguruan pencak silat yang bergaung dan meleburkan diri kedalam Perguruan TAPAK SUCI. Itulah dasar yang pertama  Perguruan TAPAK SUCI cepat berkembang dan terwujudlah cita-cita Pendiri TAPAK SUCI.
            Banyak aliran pencak silat dilingkungan Muhammadiyah yang bergabung dengan TAPAK SUCI. Adapun yang sangat berkesan adalah bergabungnya Perguruan Pencak Silat Guntur yang memiliki nama besar di wilayah timur. Perguruan Guntur dipimpin oleh H. Syeh Abussamad Alwi, Buchmad, Hadiningram dan mereka menyatakan “akan bergabung kalau ilmu TAPAK SUCI ada kelebihan”. Kelebihan yang diuji pada waktu itu adalah langkah panjang yang bertumpu pada kecepatan. TAPAK SUCI diwakili oleh seorang Pelatih Muda dan 6 siswa, sedangakan Perguruan Guntur diwakili oleh 3 Pendekar tua dan 4 Pendekar dari Perguruan Pencak Silat yang ada di Jember.
            Kalau dilihat dari kenyataan yang ada adalah sesuatu  yang mustahil untuk dapat memberi kepuasan. Tetapi ALLAH SWT. mengendaki lain, Perguruan Guntur telah bergabung dengan Perguruan TAPAK SUCI, disertai dengan pernyataan Perguruan Guntur sudah tidak ada lagi (kejadian ini pada tahun 1965).
            Tahun 1965 adalah tahun awal dari sejarah berkembangnya Keilmuan TAPAK SUCI. Melalui pendekar-pendekar TAPAK SUCI di daerah atau wilayah (cabang) TAPAK SUCI, masuklah aliran-aliran pencak silat seperti Silat Banten, Silat Cikalong Cimande, Silat Balebet, Silat Bugis, Silat Sholat, Silat Minang, Sial Minang Liwung, dan Aliran Kunthau yang kesemuanya hampir mewarnai aliran Pencak Silat di Indonesia.
            Situasi politik ketika itu, TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah yang menempatkan diri sebagai gerakan Islam banyak lawan dan musuh.oleh surat kabar PKI “Harian Rakyat” dikatakan “TAPAK SUCI adalah Onderbow dan tukang pukul HMI”. Dikarenakan Perguruan TAPAK SUCI membina KORBA HMI dan tampil dalam kegiatan HMI.
            Kegigihan pendiri Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah serta dorongan dan dukungan  dari Ulama-Ulama Muhammadiyah, seperti H. Djarnawi Hadikusuma, H.R. Haiban Hadjid memperjuangkan  Perguruan TAPAK SUCI untuk dapat diterima sebagai gerakan Persyarikatan Muhammadiyah.
            Dalam Konferensi Nasional I Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah yang dilaksanakan pada tanggal 27-28 November 1966 di Yogyakarta, dimasukan fungsionaris Muhammadiyah seperti  H. Djarnawi Hadikusuma sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dan M.H. Hirmas sebagai Sekretaris Umum Umum Pimpinan Pusat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah. Nama Persatuan Pencak Silat TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dirubah menjadi :
“TAPAK SUCI PTERA MUHAMMADIYAH
Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Bela Diri Indonesia”

            Dengan struktur Pimpinan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah lebih ditekankan sebagai Organisasi Perguruan dengan pemisahan antara 2 struktur pimpinan yang berbeda yaitu :
1.      Pimpinan Organisasi / Pimpinan Gerakan
2.      Pimpinan Perguruan / Lembaga Perguruan
      (Dengan Dewan Pelaksana adalah Dewan Pendekar dan Dewan Pelatih)
           
            Dalam KONFERNAS I ini sudah mulai ada sebutan PENDEKAR,  PENDEKAR adalah tingkat pendidikan atau strata tertinggi dalam  pendidikan TAPAK SUCI. Pada waktu itu tigkat pendidikan TAPAK SUCI adalah :
  1. Murid :
-          Siswa Satu
-          Siswa Dua
-          Siswa Tiga
-          Siswa Empat
  1. Pelatih :
-          Asisten Pelatih
-          Pelatih Muda
-          Pelatih Kepala
  1. Pendekar
           
            Pasca KONFERNAS I, predikat Pelatih Kepala M. Barie Irsjad dirubah menjadi Pendekar M. Barie Irsjad.

            Kepada Muhammad Rustam Djundab untuk dilakukan ujian, setelah mempertanggungjawabkan karya tulis “Segi Praktis Prakis bela Diri TAPAK  SUCI”. Diputuskan Muhammad Rustam Djundab telah lulus dan menduduki tingkat Pelatih Kepala juga mejabat sebagai ketau Lembaga Research Nasional. Tradisi Karya tulis atau karya nyata sampai sekaang berlaku sebagai materi Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Kader dan Pendekar TAPAK SUCI.
           
            Dalam massa perkembangan Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah yang merambah / menyebar ke persada Nusantara, Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah mencari Induk Organisasi Pencak Silat.
           
            Pada waktu itu Perguruan TAPAK SUCI harus dapat memilih dengan Induk Organisasi yang mana Perguruan TAPAK SUCI harus bergabung / mengikat diri, mengingat pada waktu itu di Indonesia ada 3 Induk Organisasi Pencak Silat Indonesia, yaitu :
-          PPSI yang digerakan dari Bandung
-          IPSSI  (Ikatan Pencak Silat Seluruh  Indonesia) yang digerakan dari Jakarta
-          BAPENSI (Badan Pembina Pencak Silat Indonesia)  yang digerakan dari Yogyakarta
           
            Melalui Rapat Kerja Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 19-20 April 1967 bertempat di Pekalongan, disamping memutuskan dan mengesahkan Anggaran Dasar Rumah Tangga (AD / ART). Berketetapan hati  memilih “IPSSI  (Ikatan Pencak Silat Seluruh  Indonesia)” sekarang yang berubah dan dikenal dengan nama   IPSI  (Ikatan Pencak Silat   Indonesia) sebagai Induk Organisasi Federasi. Untuk itu Perguruan TAPAK SUCI didaftarkan kepada Pusat Badan Ikatan Pencak Silat Seluruh  Indonesia (P.B. IPSI) dan langsung diterima menjadi Anggota Nasional dengan nama :
“Lembaga Perguruan Seni Bela Diri Indonesia
TAPAK SUCI”
           
            Pilihan Perguruan TAPAK SUCI dengan mengikatkan diri secara nasional kepada IPSI adalah tepat. Pada MUNAS IPSI tahun 1968 (era Orde Baru) Perguruan TAPAK SUCI diundang dan kemudian didudukan sebagai Perguruaan Historis. Perguruan yang menjujung tinggi tegaknya berdirinya P.B. IPSI yang sedang kritis keberadaannya. Perlu diketahui oleh seluruh jajaran TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah bahwa sejak TAPAK SUCI bergabung dengan IPSI (sampai sekarang) adalah sebagai Anggota federasi dan tidak ada hubungan organisasi (AD / ART), keilmuan dan keanggotaan. Pengertian Anggota federasi tersebut adalah untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan IPSI. Perguruan TAPAK SUCI dipercayai untuk menjadi partner IPSI dalam membina prestasi para atlet.
            Dengan kearifan, ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pada waktu itu, K.H. Ahmad Badawi memandang bahwa Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah efektif untuk dijadikan pola pembinaan Kader Muhammadiyah. Untuk itu  Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah mendapat status dan mendapatkan hak sebagai Anggota TANWIR. Tujuan utama dalam TANWIR Muhammadiyah tahun 1967 yang dilaksanakan di gedung ‘aisyiah Kauman Yogyakarta, Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah diarahkan untuk mendapatkan status.
            Dalam usaha untuk mendapatkan status didalam Persyarikatan Muhammadiyah tidak mudah. Ketidak setujuan hampir semua peserta, terutama dari angkatan muda Muhammadiyah. Karena kegigihan utusan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dan dukungan K.H. Ahmad Badawi sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, akhirya telah mendapatkan status sebagai Organisasi Otonom ke-11.
            Menurut kebutuhan jaman pada waktu itu Muhammadiyah memberikan status Organisasi Otonom seperti :
-          Ikatan Seniman Budayawaan Muhammadiyah (ISBM)
-          Ikatan Karyawan Muhammadiyah (IKM)
-          Ikatan Tani Muhammadiyah (ITM)
-          Ikatan Nelayan Muhammadiyah (INM)
-          Ikatan Guru Muhammadiyah (IGM)
           
            Akan tetapi Organisasi Otonom yang lahir karena kebutuhan jaman tidak berumur panjang dan hanyalah  TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah masih tetep bertahan dan berkembang hingga sekarang.
            Sistem Kepemimpinan  TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dalam KOMPERNAS I berjalan selama dua periode yaitu tahun 1966-1969 dan tahun 1969-1972. Melalui MUNAS tahun 1972 yang diselenggarakan di Malang, dipandang Kepempipian Organisasi / Gerakan sudah tidak perlu. Dengan fatwa Ketua Umum H. Djarnawi Hadikusuma berkata bahwa “kalau Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah ingin berkembang dengan baik, tidak perlu Organisasi Centris tetapi harus Operasional Centris”.

Peraturan Organisasi jangan sampai menghambat Operasional Perguruan.

            Konsep Anggaran Dasar dibuat oleh H. Djarnawi Hadikusuma H. Wasthon Sujak. Perubahan mendasar dalam Anggaran Dasar ini adalah pimpinan hanya ada di pusat, sedangkan wilayah adalah Komisariat Wilayah dan daerah adalah Komisariat Daerah. Untuk lebih jelas sebagai berikut :
  1. Personalia Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Pimpinan Pusat sendiri dan tidak memakai periode kerja
  2. Personalia Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
  3. Personalia Pimpinan Daerah  ditetapkan oleh Komisariat Wilayah
           
            Dari konsep Anggaran Dasar tersebut yang berhasil menjadi keputusan MUNAS hanya struktur pimpinan saja yaitu Komisariat Pusat, Komisariat Wilayah, Komisariat Daerah. MUNAS tahun 1972 memutuskan nama Perguruan TAPAK SUCI menjadi :

“TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH
 Lembaga Perguruan Seni Bela Diri Indonesia”
           
            Dengan pimpinan Ketua Umum dan Sekretaris jenderal, Pimpinan TAPAK SUCI yang yang sudah padu ini menjadi satu bentuk Pimpinan   Lembaga Perguruan Seni Bela Diri Indonesia. Jabatan Sekretaris jenderal sebagai penanggungjawab operasional, maksudnya agar Perguruan TAPAK SICI bercentral pada Operasional Perguruan.
            Keputusan MUNAS TAPAK SUCI 1972 dengan menggabungkan pimpinan organisasi dan perguruan menjadi satu. Meskipun sudah digariskan organisasi semata-mata hanya mengorganisir perguruan, ternyata tidak betul juga kalau dipandang dari kepentingan Gerakan Perguruan semata.
            Masuklah personil-personil yang tidak mempunyai wawasan Perguruan Pencak Silat. Sehingga memimpin TAPAK SUCI sebagai Organisasi Massa tanpa profesi yang jelas, menambah kaburnya perguruan karena pimpinan yang tidak  mempunyai wawasan perguruan tersebut diberikan jejang ketingkatan perguruan.
            Dalam massa-massa perkembangan itu ada penilaian bahwa TAPAK SUCI sangat lemah kemampuan berorganisasinya. Maka perlu peraturan-peraturan dalam organisasi yang disesuaikan dengan kedudukannya sebagai Organisasi Otonom Muhammadiyah. MUKTAMAR 1986 mengembalikan aturan (peraturan-peraturan) dan struktur pimpinan menjadi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayahdan  Pimpinan Daerah.
            Peraturan perguruan yang Tingkat pendidikan menjadi :
2.      Tingkat Siswa
-          Siswa Dasar (sabuk kuning polos)
-          Siswa Satu (sabuk kuning, melati cokelat satu) / SM1
-          Siswa Dua (sabuk kuning, melati cokelat dua) / SM2
-          Siwa Tiga (sabuk kuning, melati cokelat tiga) / SM3
-          Siswa Empat (sabuk kuning, melati cokelat  empat) SM4
3.      Tingkat Kader
-          Kader Dasar (sabuk biru polos)
-          Kader Muda (sabuk biru, melati merah satu, berdasar biru) / KMa
-          Kader Madya (sabuk biru, melati merah dua, berdasar biru) / KMda
-          Kader Kepala (sabuk biru, melati merah tiga, berdasar biru) / KKa
-          Kader Utama (sabuk biru, melati merah empat, berdasar biru) / KUa
4.      Tingkat Pendekar
-          Pendekar Muda (sabuk hitam, melati hitam satu, berdasar merah) / PMa
-          Pendekar Madya (sabuk hitam, melati hitam dua, berdasar merah) / PMda
-          Pendekar Kepala (sabuk hitam, melati hitam tiga, berdasar merah) / PKa
-          Pendekar Utama (sabuk hitam, melati hitam empat, berdasar merah) / PUa
-          Pendekar Besar (sabuk hitam, melati hitam lima, berdasar merah) / PBr
5.      Pendekar Kehormatan dan Pendekar Pelimpahan
-          Pendekar Kehormatan
      Pemberian penghargaan bagi orang-orang yang menjadi Anggota Kehormatan.
-          Pendekar pelimpahan
Pemberian penghargaan bagi orang-orang tidak menjalani pendidikan TAPAK SUCI.
           
            Karena jalannya organisasi terlalu berokratis, maka membawa akibat pengembangan Keilmuan TAPAK SUCI terhambat dan dikesampingkan. Sampai sekarang ini sejak tahun 1985, baru Kurikulum Pendidikan Siswa TAPAK SUCI yang berlaku hingga saat ini.
            Perkembangan  Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah bertumpu pada keberadaannya dalam Muhammadiyah. Perkembangan  Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah di tahun 2001 telah ada di 25 Provinsi, 215 Daerah Tingkat II, dan cabang di 10 negara di luar negeri. Sekarang ini Cabang  Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah semakin bertambah di seluruh Indonesia, dikarenakan di Indonesia sekarang memiliki lebih dari 30 Provinsi.
            Perkembangan  Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah dari periode ke periode tergantung dari bagaimana komposisi kepemimpinannya. Pasang surut adalah hal biasa. Dalam dua periode dapat dikatakan Perguruan TAPAK SUCI berhenti. Periode 1991 – 1996 adadlah periode pertengkaran,sedangkan periode 1996 – 2001 adalah periode rekonsiliasi dimana Personalia Pimpinan berjumlah sangat besar , namun yang mampu mengurus hanya sekitar 10% saja.
            Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah pernah beberapa kali berubah struktur yaitu struktur Pimpinan Perguruan (Dewan Pendekar dan dewan pelatih) serta struktur Pimpinan Organisasi, ada struktur MPO dan  struktur Pimpinan Organisasi. Tetapi sumua itu mengalami kegagalan. Sejarah telah mencatat bahwa yang paling efektif adalah  struktur Pimpinan TAPAK SUCI, dan yang lainnya disebut sebagai komposisi dalam satu struktur sesuai dengan fungsinya.
            Menurut Pendiri TAPAK SUCI ”perkembangan organisasi apapun tanpa diimbangi dengan perkembangan keilmuan tidak ada artinya. Syukur Alhamdulillah, ALLAH SWT selalu memberikekuatan lahir-batin dan kemampuan kepada Pendiri Perguruan TAPAK SUCI Putera Muhammadiyah untuk tetap istiqomah mewujudkan cita-citanya. Meski tanpa dukungan moril dan materiil dari Organisasi Muhammadiyah, melalui perjalanan yang sangat panjang dan rumit untuk menyatukan dan mengembangkan pencak silat telah berhasil melahirkan  Perguruan Pencak Silat Aliran  TAPAK SUCI.





Sejarah Singkat
Tapak Tuci Putera Muhammadiyah
(TSPM)

Tradisi pencak silat sudah berurat berakar dikalangan masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia sejak sebelum Indonesia merdeka. Sebagaimana seni bela diri di negara-negara lain, pencak silat yang merupakan seni bela diri khas Bangsa Indonesia yang mempunyai ciri khas tersendiri yang dikembangkan untuk mewujudkan hakekat identitas ideologi Bangsa Indonesia.
            Tapak Tuci Putera Muhammadiyah (TSPM) salah satu varian seni bela diri pencak silat juga memiliki ciri khas yang bisa menunjukan identitas ideologi yang kuat. Ciri khas yang dimiliki oleh Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM) ini dalam perkembangannya dan perjuangannya tidak mudah. Perkembangannya dan perjuangannya melalui proses yang sangat panjang serta sangat rumit dalam akar sejarah identitas ideologi Tapak Tuci Putera Muhammadiyah (TSPM).
            Berawal dari alira pencak silat Banjaran di Pesantern Binorong Banjarnegara pada tahun 1872, aliran ini kemududian dikembangkan menjadi perguruan seni bela diri di Kauman Yogyakarta kaerena perpindahan guru (pendekarnya) yaitu K.H. Busyro Syuhada, akibat dari gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga beliau menjadi sasaran penangkapkan yang dilakukan oleh kolonial Belanda (VOC). Di Kauman inilah K.H. Busyro Syuhada mendapatkan murid-murid yang tangguh dan sanggup mewarisi keahliannya dalam seni pencak silat. Perguruan seni pencak silat ini didirikan pada tahun 1925 dan diberi nama Perguruan Seni Pencak Silat Cikauman yang dipimpin langsung oleh Pendekar M. Wahib dan Pendekar A. Dimyati, yaitu dua murid yang tangguh dari K.H. Busyro Syuhada. Perguruan ini memiliki landasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruan ini menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari syirik dan mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa.
            Peguruan Cikauman melahirkan Pendekar-Pendekar muda yang akhirnya mengembangkan cabang perguan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan nama Perguruan Seranoman pada tahun 1930. perkembangan kedua perguruan ini semakin hari semakin berkembang pesat dengan pertambahan murid yang makin banyak. Murid-murid dari perguruan ini kemudian banyak yang menjadi Anggota Laskar Angkatan Perang Sabil (LAPS) untuk melawan penjajah, dan anyak yang gugur dalam pertempuran bersenjata melawan penjajah.
            Lahirnya Pendekar-Pendekar muda hasil didikan Peguruan Cikauman dan Seranoman memungkinkan untuk mendirikan perguruan-perguruan baru, yaitu Perguruan Kasegu pada tahun 1951. atas desakan murid-murid dari Perguruan Kasegu inilah mempunyai inisiatif untuk menggabungkan dan menyatukan semua aliran Perguruan Silat yang sejalan dan sealiran serta seperguruan. Pada tahun 1963, desakan itu semakin kuat dari anak murid Perguruan Kasegu, maka atas Rahmad Alla SWT, lahirlah Perguruan Tapak Suci secara resmi di Kauman Yogyakarta pada tanggal 31 juli 1963 bertepatan dengan 10 Rabiul Awwal 1383 H pukul 20:00.





DAFTAR PUSTAKA

-                                               . 2001. “Buku Panduan Muktamar XII” : TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH. Tasikmalaya : PT. Percetakan Persatuan.
-          Apriadi, Ema. 2009. Buku Panduan Anggota TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH. Suruh. 
-          http:/TAPAK%20SUCI%20(TSPM)/profil-tapak-suci-di-kairo-mesir_files/ietab.htm
-          http://profiles.feandster.com/65983599